Kamis, 24 Desember 2015

 HAKIKAT ‘AIN 
 Oleh: S. Kurniadi / Abu Rosul 

‘Ain itu diambil dari kata ‘ana-Ya’inu (bahasa Arab) artinya apabila ia menatapnya dengan matanya. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, kemudian diikuti oleh jiwanya yang keji, kemudian menggunakan tatapan matanya itu untuk menyampaikan racun jiwanya kepada orang yang dipandangnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan Nabi-Nya, Muahmmad shalallahu ‘alaihi wa sallam, untuk meminta perlindungan dari orang yang dengki.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan dari keburukan orang yang dengki ketika dengki.” (QS. Al-Falaq: 5)

Setiap orang yang menimpakan ‘ain adalah hasid (pendengki) dan tidak setiap hasid adalah orang yang bisa menimpakan ‘ain. Karena hasid itu lebih umum ketimbang orang yang bisa menimpakan ‘ain, maka meminta perlindungan dari hasid berarti meminta perlindungan dari orang yang bisa menimpakan ‘ain. Yaitu panah yang keluar dari jiwa hasid dan pelaku ‘ain yang tertuju pada orang yang didengki (mahsud atau ma’in), yang adakalanya menimpanya dan adakalanya tidak mengenainya. Jika ‘ain itu kebetulan menimpa orang yang dalam keadaan terbuka tanpa pelingdung, maka itu berpengaruh pada orang tersebut. Sebaliknya, bila ia menimpa orang yang waspada dan bersenjata, maka panah itu tidak berhasil mengenainya, tidak berpengaruh padanya. Bahkan barangkali panah itu kembali kepada pemiliknya. 
(diringkas dari Zad al-Ma’ad).

     Banyak hadis-hadis shahih dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang-orang yang terserang ‘ain ini. Di antaranya apa yang disebutkan dalam Shahihain dari Aisyah,
 ia mengatakan,
“Bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadanya supaya meminta diruqyah dari ‘ain.”
Muslim, Ahmad dan At-Tirmidzi; ia menshahihkannya,

Dari Ibnu Abbas dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,
“‘Ain adalah nyata, dan seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya ‘ainlah yang mendahuluinya. Jika kalian diminta untuk mandi, maka mandilah.”
Diriwayatkan Imam Ahmad dan At-Tirmidzi, ia menshahihkannya, 

dari Asma binti Umais bahwa ia mengatakan,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya Bani Ja’far tertimpa ‘ain; apakah aku boleh meminta ruqyah untuk mereka?” Beliau menjawab, “Ya, seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir niscaya ‘ainlah yang mendahuluinya.”

Abu Daud meriwayatkan dari Aisyah, ia mengatakan,
“Orang yang menimpakan ‘ain diperintahkan supaya berwudhu, kemudian orang yang tertimpa ‘ain diperintahkan mandi.”
    Imam Ahmad, Malik, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban, meriwayatkan dari Sahl bin Hanif,
“Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam keluar bersama orang-orang yang berjalan bersamanya menuju Mekah, hingga ketika sampai di daerah Khazzar dari Juhfah, Sahl bin Hanif mandi. Ia adalah seorang yang berkulit putih serta elok tubuh dan kulitnya. Lalu Amir bin Rabi’ah, saudara Bani Adi bin Ka’b melihatnya, dalam keadaan sedang mandi, seraya mengatakan, ‘Aku belum pernah melihat seperti hari ini kulit yang disembunyikan.’ Maka Sahl pingsan.

 Lalu ia dibawa kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam 
lantas dikatakan kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, mengapa Sahl begini. Demi Allah, ia tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula siuman.’
 Beliau bertanya, ‘Apakah kalian mendakwa seseorang mengenainya?’
 Mereka menjawab, ‘Amir bin Rabi’ah telah memandangnya.’ 

Maka beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Amir dan memarahinya, seraya bersabda, ‘Mengapa salah seorang dari kalian ‘membunuh’ saudaranya. Mengapa ketika kamu melihat sesuatu yang mengagumkanmu, kamu tidak mendoakan keberkahan (untuknya)?’
 kemudian beliau bersabda kepadanya, ‘Mandilah untuknya.’ Lalu ia membasuh wajahnya, 
kedua tangannya dan kedua sikunya, kedua lututnya, dan ujung kedua kakinya, dan bagian dalam sarungnya dalam satu bejana. 
    Kemudian air itu diguyurkan di atasnya, yang diguyurkan oleh seseorang di atas kepalanya dan punggungnya dari belakang. Ia meletakkan bejana di belakangnya. 
Setelah melakukan demikian, Sahl terbangun bersama orang-orang tanpa merasakan sakit lagi,”

    Jumhur ulama menetapkan bahwa ‘ain itu bisa menimpa seseorang, berdasarkan hadis-hadis yang telah disebutkan dan selainnya, karena bisa disaksikan dan fakta. Adapun hadis yang Anda sebutkan, “Sepertiga manusia yang berada dalam kubur mati karena ‘ain,” maka kami tidak mengetahui keshahihannya. Tetapi penulis Nail al-Authar -Imam Syaukani- menyebutkan bahwa Al-Bazzar mengeluarkan dengan sanad hasan dari Jabir dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Kebanyakan orang yang mati dari umatku, setelah qadha Allah dan qadar-Nya, karena anfus.” Yakni, karena ‘ain.

     Kewajiban atas setiap muslim ialah membentengi dirinya dari setan dan dari kejahatan jin dan manusia, dengan kekuatan iman kepada Allah, ketergantungan dan tawakalnya kepada-Nya, 
berlindung dan tadharru’ (merendahkan diri) kepada-Nya, ta’awwudz nabawiyah, 
serta banyak membaca mu’awwidzatain (An-Nas dan Al-Falaq), 
surat Al-Ikhlas, surat Al-Fatihah, dan ayat Kursi. Di antara ta’awwudz ialah:
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَامَّةِ مِنْ شَرِ مَا خَلَق

 “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang diciptakan-Nya.”
dan bisa juga dengan
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya dan siksa-Nya, dari keburukan hamba-hamba-Nya, dan dari bisikan-bisikan setan bila mereka datang.”

Juga firman Allah,
حَسْبِيَ اللهُ لآَإِلَهَ إِلاَّهُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiiki ‘Arsy yang agung.” (QS. At-Taubah: 129).

* Seperti yang beliau tulis dalam wal FB nya, blogger hanya membenahi tata letak nya saja, dengan maksud agar lebih nyaman dibaca saja Wallau a'lam...

Selasa, 22 Desember 2015

SEBUAH CATATAN DARI SEORANG SAHABAT

UNTUK KITA YANG SEDANG LELAH DAN HILANG ARAH…

Oleh : Slamet Kurniadi / Abu Rosul

Hidup ini adalah PERJALANAN PANJANG, dan sebagaimana sabda Nabi -shollallohu alaihi wasallam-: “Perjalanan panjang adalah potongan dari azab”. [HR. Bukhori dan Muslim]
Sehingga wajar bila di tengah perjalanan itu akan banyak cobaan, musibah, rintangan, hilang arah, lelah, bingung, dan seterusnya.

Oleh karenanya, bila kita merasa bingung, lelah, tidak punya arah… maka berhentilah sejenak, istirahatkan diri, dan fokuslah untuk menguatkan diri dahulu, agar kita menjadi kuat kembali, dan bisa meneruskan kembali sisa perjalanan kita.
 
Fokuslah ketika itu untuk mendekatkan diri kepada Allah, niscaya Allah akan menguatkan jiwa dan raga kita.
 
Perbanyak dzikir, sholat, berdoa, membaca Alquran, dan ketaatan lainnya.
Atau bila masih bingung, fokuskan diri kita untuk membasahi lidah kita dengan DZIKIR, yang dapat mendekatkan diri kepada Alloh, sampai kita kuat kembali.

Dan acuhkan untuk sementara urusan dengan manusia, kecuali yang darurat saja. Karena saat kita lelah atau lemah, kita harus meringankan dan menurunkan beban di pundak kita untuk sementara waktu, hingga kita kuat kembali mengangkatnya dan berjalan lagi.

Ingatkan diri, bahwa kita hidup di dunia bukan di surga, maka jangan harap ada kebahagiaan murni dan abadi.
 

Sebaliknya dunia ini juga bukan neraka, maka tidak mungkin ada kesedihan dan kesengsaraan yang murni dan abadi.

Kebahagiaan dan kesedihan akan datang silih berganti, maka jangan sampai goyah dalam langkah perjalanan panjang kita menuju surga.

niatkan yang lurus & benar, usaha 4 as (keras, tuntas, cerdas& ikhlas), diiringi dg doa, kemudian tawakal total pd Allah.
 
Salam sukses selalu.
Bersama Allah pasti bisa & pasti ada solusinya, percayalah.

* tulisan ini saya copy paste kan dan kemudian saya terbitkan di blog ini atas izin beliau penulisnya
 semoga menjadi motivasi bagi kita semuanya, Amiin...

Selasa, 01 Desember 2015

Tukang Sol Sepatu Pertigaan Jengkol

[Sebuah cerita dari kelapadua] Bapak sol sepatu dari Cianjur
 Seperti biasanya ketika pukul lima pagi lebih sekian bapak ini selalu setia bersama gerobaknya nongkrong rapi disamping kios tempat usaha ane,  bersiap sebagai Rescue team untuk siapa saja yang bermasalah dengan sepatunya, baru dua bulan lebih kami sering ngobrol ringan sebagai sesama pengusaha, dan beliau jauh lebih senior dong dari doi ane dapet banyak pelajaran tentang perjuangan menjadi seorang pemenang 

Hampir dua tahun beliau ngelapak di lokasi ini guys, 
" dulu mah saya kelilingan, mas, waktu masih kuat jalan jauh tapi sekarang udah ngga sanggup biar mangkal aja dapet berapa aja Alhamdulillah."

" yaaah cukuplah buat makan mah, dulu sih banyak anggota yang jadi langganan jasa saya, hampir semua malah" (maksudnya anggota Brimob guys, kebetulan lokasi kita berdekatan sama Mako Korbrimob Kelapadua Depok)..
Ane asyik aje dengerin doi curcol sambil sesekali doi menyapa kenalannya yg pas kenetulan lewat di depan kami
" dulu kelilingan sampe mana pak"
"Cuma jalan dari kontrakan saya di jalan RTM sampai kesini aja, mas. Trus masuk ke Mako"
" itu dulu, mas. Sebelum ada larangan gara gara isyu teroris, sekarang semua pintu masuk di samping mako udah ditutup tembok "
"Wah omzet turun dong pak" celetuk ane,
" ngga apa apa mas soalnya kalo keliling mako capek banget bisa seharian di sana doang, kalo sekarang kan malah mereka yang nyamperin saya kemari, walaupun ngga sebanyak dulu sih, tapi ya alhamdulillah ada aja mas "
Lanjut sibapak 
Ngga lama kemudian datang seorang calon pasien doi nenteng plastik kresek berisi sepatu, berahirlah obrolan kami pagi itu ditandai dengan sibapak yang mulai mendiagnosa sepatu pasien yg ada di tangannya
Sedangkan anepun pamit balik ke kios untuk bersiap bergulat dengan coreldraw dan sodara sodaranya hehehehe
..................
Iya... itu sekelumit cerita tentang bapak pengusaha kecil tradisional yang masih tetap bisa hidup dan menghidupi keluarganya ditengah kemajuan jaman yang ngga pandang bulu dengan kesantunan
Sementara gempuran toko sepatu online dan offline yang bergolak tumbuh lebat bak gerombolan belukar nan liar, sibapak sol sepatu dari Cianjur ini tetap berani bertahan dan berhasil meyakinkan dunia bahwa modernisasi akan tetap bergandengan tangan dengan tradisi
Banyak sekali bapak bapak tukang sol sepatu yang masih tetap setia dengan usahanya, tanpa mereka sadari ternyata mereka adalah para penjaga tradisi, inilah Indonesiaku, 
terima kasih pak, warisan budaya ini masih bisa disaksikan anak anak kami para generasi 

Membaca Waktu

  Pagi ini masih tersisa sejuk udara di sela riuhnya lalu lalang kendaraan yang tergesa entah mengejar apa, ayah ibu yang mengantar buah hati ke sekolah, para pekerja yang bergerak terlatih meliukkan roda duanya untuk bergegas memulai hari, pun beberapa saat terlihat satu dua pedagang tergopoh dengan jinjingan keranjang dengan malu malu sesekali mencuri tatap matahari..mereka kesiangan rupanya..mungkin karena lelah menyiapkan dagangan malam tadi atau baru selesai menyuapi anaknya, ya itulah pemandangan pagi ini...
Di sini aku ingin mulai memotret dan menulis tentang apapun, tentang Indonesiaku dan rentang waktu perjalanannya, yang tak lekang oleh waktu
      @kelapadua, depok